Subsidi Upah: Beneran Bantu atau Cuma Napas Buatan?

“Eh bro, lo denger gak? Katanya pemerintah mau kasih subsidi gaji lagi.”
“Hah serius? Yang kayak dulu pas pandemi itu?”

Yap, kabar ini lagi rame dibahas di kalangan pekerja. Di tengah ekonomi yang lagi lesu dan ancaman PHK yang makin nyata, pemerintah ngegelontorin stimulus ekonomi Rp 24 triliun, dan salah satu yang paling disorot: subsidi upah buat korban PHK.

Buat Gen Z dan anak-anak kerja muda, ini kayak angin segar. Tapi… pertanyaannya: apakah subsidi ini cukup kuat buat jadi pelampung di tengah laut yang lagi berombak? Atau malah bikin kita nyaman di zona aman yang semu?


🏦 Stimulus Ekonomi dan Subsidi Upah: Sekilas Info

Jadi gini… pemerintah ngasih bantuan tunai 60% dari upah selama 6 bulan buat pekerja yang kena PHK. Di luar itu, juga ada pelatihan kerja senilai Rp 2,4 juta dan akses ke program Kartu Prakerja.

Tujuannya sih jelas: biar daya beli tetap jalan, ekonomi gak ngedrop, dan orang yang kena PHK punya waktu (plus modal) buat cari kerjaan baru atau upgrade skill.

Sounds good, right?

Tapi, tunggu dulu. Kalau dilihat dari sudut pandang psikologi kerja, ternyata gak segampang itu, Ferguso.


😵‍💫 Realita Karyawan Muda: Dilema antara Syukur dan Cemas

1. Akhirnya Bisa Napas (Dikit) Lagi

Bayangin kamu baru aja dikabarin kena PHK. Panik? Iya. Bingung? Pasti.
Nah, subsidi ini jadi semacam penenang. At least, kamu gak langsung kelimpungan bayar kos, makan, atau bantu keluarga.

Buat banyak anak muda, terutama yang belum punya tabungan tebal, bantuan kayak gini penting banget buat jaga kewarasan. Ada rasa aman, ada ruang buat mikir. Dan kadang itu yang paling dibutuhin.

2. Tapi Jangan Kebablasan Nyaman

Sayangnya, subsidi bisa jadi bumerang kalau bikin kita terlena.
“Ah, ngapain buru-buru cari kerja, kan masih dapet subsidi.”

Padahal, subsidi itu cuma 6 bulan. Habis itu?
Kalau selama itu kamu gak improve skill atau cari jalan keluar, ya bisa-bisa malah makin susah.

Bantuan negara itu kayak charging HP, bukan power bank selamanya. Lo harus gerak juga, bro.

3. Trust Issues: Pemerintah Serius Gak, Nih?

Gen Z terkenal kritis. Kita gak gampang percaya mentah-mentah.
Makanya banyak juga yang mikir:

“Ini beneran niat bantu atau cuma biar ekonomi keliatan stabil di data?”

Apalagi pengalaman di masa lalu, subsidi gaji kayak gini pernah juga bocor sana sini, atau gak tepat sasaran. Jadi wajar sih kalau kita waspada.


💭 Sisi Psikologi: Gaji Gak Cuma Soal Duit

Menurut teori Maslow, kebutuhan manusia tuh bertingkat. Setelah kebutuhan dasar (makan, tempat tinggal), kita butuh rasa aman. Nah, subsidi ini bisa ngasih itu… sementara.

Tapi, gaji itu bukan cuma soal bertahan hidup.
Buat banyak dari kita, kerja adalah soal identitas, harga diri, dan tujuan.
Jadi meskipun dapat subsidi, tetap aja rasa gak berguna, malu, atau minder bisa nyerang dari belakang.

Di sinilah pentingnya pendekatan psikologi. Kesejahteraan mental itu gak bisa digantikan uang doang.


😬 Tantangan di Lapangan

1. Data dan Distribusi: PR Sejak Lama

Masalah utama bantuan kayak gini: data penerima.
Seringkali yang bener-bener butuh malah gak dapet, yang “ngakalin” malah lolos.

Mudah-mudahan kali ini datanya udah beneran rapi ya.
Kalau enggak, ya bisa aja bantuan ini cuma jadi headline bagus tanpa dampak nyata.

2. Ketergantungan: Bahaya Nyaman di Bantuan

Bantuan itu ibarat tongkat. Bantu jalan, tapi bukan buat dipakai terus.
Kalau terlalu lama bergantung, malah bikin kita males belajar hal baru, males adaptasi.

3. Perusahaan Ikut Main?

Ada juga isu soal perusahaan yang sengaja PHK karyawan biar mereka bisa dapat subsidi dan nanti rekrut lagi dengan status kontrak baru.
Kalau kayak gitu, karyawan kayak kita cuma jadi pion buat strategi bisnis.


🎯 Gimana Harusnya Kita Menyikapi?

1. Anggap Ini Kesempatan, Bukan Liburan

Waktu kamu dapet subsidi, itu artinya kamu dapet waktu. Tapi waktu bukan buat leha-leha, melainkan buat upgrade diri.
Ikut kursus, buka usaha kecil, atau cari peluang freelance.

2. Financial Planning = Kunci

Jangan langsung foya-foya ya. 60% gaji itu bisa cepat habis kalau gak diatur.
Coba bikin budget bulanan, sisihkan dana darurat, dan kalau bisa — belajar investasi dasar.

3. Jangan Diam: Bangun Jaringan dan Tetap Eksis

LinkedIn bukan buat pajang CV doang. Bangun koneksi, aktif di komunitas, tunjukkin kamu tetap punya value meskipun lagi gak kerja.


🔍 Opini Penulis: Solusi Nyata atau Penunda Masalah?

Kalau mau jujur, subsidi upah itu bukan solusi jangka panjang.
Dia lebih mirip kayak painkiller — bikin gak sakit, tapi gak nyembuhin penyakitnya.

Yang dibutuhin sebenarnya adalah:

  • Reformasi dunia kerja yang lebih adil dan adaptif.
  • Sistem pelatihan kerja yang match sama kebutuhan industri.
  • Lingkungan kerja yang support mental health, bukan sekadar “kerja kerja kerja”.

✍️ Penutup: Jangan Cuma Bertahan, Tapi Tumbuh

Buat kamu yang lagi ngalamin masa sulit — PHK, pengurangan jam kerja, atau kehilangan arah — tahu satu hal ini:

Kamu bukan sendiri.
Pemerintah boleh ngasih bantuan, tapi yang bisa menyelamatkan masa depan kamu ya tetap… kamu sendiri.

Gunakan setiap kesempatan, termasuk subsidi ini, buat tumbuh.
Bukan cuma bertahan.

Dan siapa tahu, masa-masa gelap ini justru jadi awal dari versi kamu yang lebih keren.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *